Mengetahui Sejarah HIV dan AIDS di Indonesia
Berbicara tentang HIV dan AIDS masih sering menjadi momok yang menakutkan baik di Indonesia maupun mancanegara. Masih banyak yang terkena virusnya kemudian dikucilkan oleh lingkungan sekitar. Namun,sebelum kita membahas lebih terperinci maka ketahui terlebih dahulu sejarah dari epidemi HIV dan AIDS ini di Indonesia.
Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia, dengan peringatan ini diharapkan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia dapat berjalan dengan baik, serta stigma dan diskriminasi terhadap ODHA menurun bahkan hilang. Saat ini memang masih banyak pemikiran-pemikiran negatif tentang HIV/AIDS. Oleh karena itu,sebenarnya dibutuhkan peran oleh semua pihak agar untuk bisa mengedukasi masyarakat lebih luas mengenai HIV/AIDS itu sendiri.
Pada tahun 2020 jumlah ODHA diperkirakan ada sekitar 543ribu orang berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI. Penanganan HIV/AIDS di Indonesia telah melalui jalan panjang sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1987, sekarang sudah sekitar 40 tahun tentunya ada di Indonesia.
Bagaimana fakta penganganan HIV/AIDS di Indonesia? Seperti apa sisi lain terkait isu HIV/AIDS dan sejarahnya? Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti perbincangan lebih dalam soal ini di Ruang Publik KBR bersama narasumber: dr. Adi Sasongko - Ketua Badan Pengawas YKIS dan Bram - ODHA.
Mengenal YKIS (Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat)
Ada banyak hal yang dibahas sehingga menambah insight baru bagi saya sebagai masyarakat umum. Dimulai dari pengenalan YKIS (Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat) yang mana didirikan pada 22 Desember 2017 oleh sejumlah tokoh-tokoh HIV/AIDS sejak awal diantaranya ada Ibu Nafsiah Mboi yang dulunya pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof Syamsu Rijal dan beberapa tokoh lainnya.
Menurut dr. Adi Sasongko Ini perlu keterlibatan dari beberapa pihak untuk menanggulangi Hiv/Aids dan penyakit-penyakit lainnya. Oleh karena itu, dibuatlah namanya (YKIS) Yayasan Kemutraan Indonesia Sehat dengan tema besar YKIS adalah kesehatan serta menekankan upaya untuk preventif dan promotif.
Apa Itu HIV/AIDS?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. HIV ini menyebabkan AIDS.
Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan vagina.
Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi.
Pada diskusi bersama Kantor Berita Radio (KBR),menurut Bram yang sudah terdiagnosa HIV sejak Agustus 2016 membagikan cerita pengalamannya dimana saat melakukan tes dan ternyata hasilnya reaktif. Ia pun menceritakan tentang penularan yang mana didapatkannya melalui virus HIV dari darah. Dulu dia melakukan sex pada masa remaja tanpa mengetahui informasi yang jelas dan tidak memakai pengaman ketika berhubungan karena hanya sekedar ingin tahu serta coba-coba mengenai sex.
Saat terpapar HIV, pada satu bulan sebelumnya ia mengikuti seminar tentang HIV dasar dari sebuah LSM karena ia tahu informasinya dari situ kemudian ia merasa bahwa yang dialami menjadi sesuatu yang harus dipertanggungjawabkannya.
Btw, kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat malam, kelelahan, dan infeksi berulang.
Sejauh ini tidak ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi rejimen anti-retroviral (ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya penyakit serta mencegah infeksi sekunder dan komplikasi.
Sejarah HIV/AIDS
Sudah sekitar 40 tahun di Indonesia tetapi masih terlalu banyak stigma negatif. Disini tentunya harus ada edukasi sehingga bisa dicegah untuk disebarluaskan. Penanganan HIV/AIDS di Indonesia sebenarnya masih belum memadai.
Tantangan yang dihadapi untuk penanganan HIV/AIDS sudah ada kemajuan dengan adanya ARV itu sehingga angka kesakitan dan kematian sudah menurun. Dan sosialisasi yang terus dilakukan sehingga trend kasus menurun. Target 2030 bisa menghentikan kasus HIV/AIDS namun ini tidak mudah karena rumitnya stigma dan diskriminasi.
Dengan banyaknya sumber informasi sekarang ini tentu diharapkan agar semua pihak semakin menambah pengetahuan dengan edukasi diri. Orang tua harus bisa mengedukasi anak-anak remajanya agar bisa lakukan tindakan preventif agar tidak tertular HIV/AIDS ini.
0 Comments
Hai, Kawan Melalak Cantik. Berbagi Cerita Disini,yhaa.