Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi
Saat saya masih kecil selalu ada kata dokter yang menghampiri masa kecil. Ngobrolin cita-cita dengan teman maupun keluarga pasti tersebut mau menjadi dokter. Sepertinya waktu itu hanya profesi tersebut yang mudah diutarakan karena belum tau saja beratnya sekolah kedokteran termasuk biayanya yang banyak.
Namun,pada masa itu hanya satu yang ada di pikiran yaitu bisa menolong orang lain dalam kondisi lemah. Ternyata tidak sedikit juga punya cita-cita mulia begitu,hanya saja biaya adalah faktor utama yang tidak bisa sekolah dokter. Selain itu,tentunya kemampuan otak untuk belajar juga sih. Menurut pandangan memang kebanyakan yang ambil jurusan kedokteran itu dari keluarga mampu atau memang sudah ada anggota keluarga lainnya berprofesi sebagai dokter.
Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi
Dokter memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dan negara. Tapi rasio jumlah dokter di Indonesia terbilang sangat rendah yakni sebesar 0,4 per 1.000 penduduk. Artinya, hanya terdapat 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Jumlahnya makin mengkhawatirkan karena pandemi Covid-19 membuat hampir 2ribu tenaga kesehatan berguguran. Dampaknya, layanan kesehatan menjadi tidak optimal.
Tantangan Menghadapi Penyakit Kusta
Kawan-kawan melalak cantik pasti ada yang merasakan pelayanan kesehatan kurang sekarang ini. Beberapa teman yang bercerita pengobatan mereka pun terhambat karena dokter harus membagikan peran sana sini sementara pasien lebih banyak daripada yang mampu menangani. Saya sendiri pun jika masih sakit flu biasa memilih untuk stay at home saja dan tidak pergi ke dokter atau sekedar konsultasi biasa saja dikarenakan pastinya masih banyak yang lebih membutuhkan tangan lembut para dokter tersebut salah satunya para penyintas penyakit kusta.
Seperti yang saya bahas bahwa salah satu kelompok terdampak adalah pasien kusta, yang mana di beberapa kasus, mereka terpaksa putus obat dan tidak mendapat layanan. Akibatnya, temuan kasus baru menurun karena aktivitas pelacakan kasus terbatas dan angka keparahan atau kecacatan meningkat. Lalu bagaimana perjuangan dokter untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal? Apa saja tantangan yang dihadapi para dokter dan tenaga kesehatan dalam mengatasi penyakit tropis terabaikan seperti kusta di tengah pandemi?
Obrolan Ruang Publik KBR
Beberapa hari lalu,saya mengikuti obrolan yang memperbincangkan lebih dalam soal lika-liku peran dokter di tengah pandemi dan pembahasan tentang penyakit kusta di Ruang Publik KBR yang saat itu bisa disimak di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta, atau live streaming via website kbr.id dan youtube Berita KBR. Saya mengikuti obrolan melalui youtube.
Pada saat talkshow terdapat dua narasumber yang siap membagikan informasi terkait topik peran dokter dan penyakit kusta ini di tengah pandemi diantaranya yaitu dr Ardiansyah, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan dr. Udeng Daman - Technical Advisor NLR Indonesia. Serta tentunya dipandu oleh host KBR yaitu Rizal Wijaya.
Menurut Dokter Ardiansyah - pengurus IDI (Ikatan Dokter Indonesia), penguatan kapasitas harus dilakukan."Apabila tiap tahun negara bisa menghasilkan 12 - 13 ribu lulusan sarjana dokter maka negara kita bisa mengejar ketinggalan terhadap ketersediaan tenaga dokter sekitar 5 sampai 6 tahun ke depan," ungkapnya.
Nah,tentunya dibutuhkan lebih banyak dokter lagi serta perlunya ada pelatihan-pelatihan juga untuk dokter-dokter agar bisa merata ke daerah-daerah yang membutuhkan. Memang tidak banyak yang siap masuk ke pelosok negeri maka inilah diperlukan adanya training juga dan tentu suara hati yang membawa kesana.
Jika para dokter sudah lebih mencukupi dan siap untuk memasuki wilayah yang lebih terpencil katakanlah ke daerah pelosok di Indonesia maka bisa membantu penanganan penyakit kusta. Memang secara nasional Indonesia sudah mencapai status eliminasi kusta. Mengenai penyakit kusta Dokter Udeng Daman - Techincal Advisor NLR menyebutkan wilayah Indonesia Timur dan beberapa wilayah Indonesia Tengah juga masih ada yang belum tertangani semua untuk penyakit kusta tersebut. "3M masih perlu dilakukan oleh masyarakat yaitu memeriksa, merawat dan melindungi,"ujarnya.
Inilah perlu langkah yang dilakukan bersama-sama,saling dukung semua untuk percepatan eliminasi penyakit kusta yang merata di seluruh Indonesiaa. Peran masyarakat, dokter dan tentu pemerintah serta para stakeholder lainnya.
0 Comments
Hai, Kawan Melalak Cantik. Berbagi Cerita Disini,yhaa.