Travelling Rempong Penang - Hat Yai 2018 (Part 1)
Asia Tenggara menjadi kawasan yang sangat menarik bagi para turis asing dari belahan bumi lainnya, entah berbagai alasan yang diutarakan karena Asia Tenggara memang begitu nyaman bagi para pendatang.
Selain harga serta biaya yang murah, tentu para wanita Asia Tenggara juga memiliki daya tarik tersendiri yang menarik perhatian para lelaki dari kawasan barat sana. Aku pun sebagai warga Indonesia tertarik untuk mengelilingi negara-negara yang berada di Asia Tenggara berkali-kali, intip perjalanan singkatku ke Malaysia dan Thailand beramai-ramai yuk.
Halo kawan melalak cantik,
Apakah sudah menunggu terlalu lama cerita perjalanan singkatku selama 6 hari mengunjungi Penang dan Hat Yai?
Nah, kamu tidak perlu menunggu terlalu lama lagi karena aku mulai bersemangat nih untuk berbagi. Sttt,, pastikan kamu juga termotivasi untuk pergi yah, boleh iri yang membangkitkan, jangan sekedar julid tapi enggak berangkat.
Medan, Jum'at 16 November 2018
Keberangkatan ternyata pukul 18.50 wib, aku mulai gelisah ingin cepat pulang dari tempat kerja karena khawatir jika tertinggal pesawat. Efek jarak rumah menuju bandara Kualanamu yang bisa menghabiskan waktu tempuh sekitar 30 menit dengan kereta cepat Railink, hampir 60 menit dengan mobil dan bus umum tentu butuh kepergian lebih awal dari jadwal keberangkatan pesawat.
Oh yeah, perjalanan menuju Penang dan Hat Yai kali ini bersama beberapa teman yang memang juga pecinta petualangan. Selain ada mau ujian juga tentunya, aku bersama Thawi, Nanang dan Fajar. Kami melakukan perjalanan ini berempat dengan tidak ada persiapan yang terlalu matang karena memang dari awal ini bukan direncanakan khusus liburan. Aku pun janjian akan berangkat dari rumah bersama Fajar dan Thawi, sedangkan Nanang langsung menuju bandara dari kantornya.
"Kak, dimana?,"tanya Fajar.
"Di sekolah, Jar. Dirimu dimana?,"ujarku.
"Aku ke sekolah kakak aja lah yah, nanti langsung sama aja kita ke rumah kakak,"ujar Fajar.
"Okelah, Jar,"jawabku.
Ternyata drama perjalanan sudah mulai terasa meskipun masih di Medan, saat perjalanan pulang dari tempat kerjaku menuju rumah, ban kereta (red: sepeda motor) tidak bisa kompromi alias bocor di tengah jalan dengan kondisi cuaca pun sudah mulai gelap dan akhirnya gerimis serta deras saat sudah tiba di depan rumah.
Yeah, keberangkatan kali ini diiringi dengan hujan deras ditambah lagi beberapa driver grab yang dipesan meminta cancel pesanan. Selain sudah galau dengan driver, si Thawi yang berjanji akan pergi bareng dari rumahku pun belum tiba hingga pukul 15.30 wib. Kami masih menunggu hingga pukul 16.00 wib hingga akhirnya ada grab yang menerima pesananku. Aku dan Fajar langsung menuju mobil dengan kondisi masih hujan, sendal jepit menjadi sahabat sore itu karena khawatir sepatu yang bersih menjadi kotor dengan lumpur jalanan yang tergenang air. Kami mulai gelisah karena Thawi belum juga tiba, hingga kami meminta driver grab menunggu sejenak hingga akhirnya drama pergi ke bandara itu selesai juga dan kami duduk manis di dalam mobil sambil tertawa-tawa.
Kualanamu Int. Airport, 17.00 wib
Finally, masih ada waktu untuk duduk sejenak sebelum memasuki jadwal boarding apalagi dengan kondisi cuaca hujan membuat perut lapar keroncongan. Kami pun singgah ke indomaret yang berada di bandara tepatnya tidak jauh dari pintu masuk untuk ke dalam gate baik domestik maupun internasional. Saat sudah berada di indomaret ternyata tidak ada yang menarik perhatian Thawi dan Fajar hingga akhirnya memutuskan untuk mencari makanan cepat saji atau resto yang menyediakan makanan berat.
Berpose bersama Thawi dan Fajar Saat Menunggu Orderan Makanan |
Berpose with Thawi di Resto Kualanamu Int. Airport |
Saat sudah berada di bandara, Nanang belum juga ada kabar sepertinya terjebak macet karena jarak dari Belawan menuju Kualanamu juga tidak dekat apalagi saat sore di hari jumat, jalanan sudah pasti padat merayap. Aku, Thawi dan Fajar memutuskan untuk memasuki ruangan boarding terlebih dahulu, menunggu Nanang di dalam sambil berfoto ria tentunya.
Boarding Time
Yeah, sudah bersiap memasuki pesawat nih, aku harap sudah tidak ada drama lagi. Kami pun berdoa bersama-sama meskipun hanya menempuh waktu 30 menit namun setiap perjalanan harus tetap diiringi doa. Aku duduk di sebelah jendela bersama Nanang yang sebarisan dengan bangkuku sedangkan Fajar dan Thawi terpisah posisi duduknya.
Welcome to Penang Int. Airport
Pesawat mulai mengeluarkan roda dan sudah terasa sentuhannya ke daratan. Tulisan "Penang International Airport" pun sudah kelihatan meskipun sudah malam dan sedikit gelap. Para penumpang pun mulai sedikit menunjukkan aura gembira karena sudah tiba di tempat yang dituju. Masing-masing mulai tampak berbicara saat pramugari mulai mengumumkan ketibaan dari pengeras suara. Pesawat Air Asia QZ 104 sudah terparkir sempurna maka kami pun mulai bergegas membuka kabin pesawat dan mengeluarkan barang bawaan.
Ketika sudah keluar dari pesawat dan memasuki ruangan bandara maka kami langsung menuju counter pembelian kartu internet, memilih yang termurah saja karena memang tidak terlalu lama berada disini. Aku memutuskan untuk membeli kartu internet digi dengan harga RM10 selama 7 hari untuk kuota hanya 500MB saja. Selesai urusan kartu paket internet, imigrasi dan kunjungan ke toilet maka saatnya mencari transportasi menuju George Town. Kami memutuskan untuk mencari penginapan disana saja. Beberapa taxi menawarkan diri namun Nanang masih bersemangat untuk mencari Bus Rapid Penang yang menuju kawasan George Town.
Drama travelling rempong ini belum selesai karena pemilihan alat transportasi pun belum kelar hingga menemukan taxi dengan kapasitas 5 orang yang mau dengan harga sesuai kesepakatan. Ia bercerita banyak hal malam itu tentang Penang, aku mulai tidak nyaman karena barang bawaan membuat tubuh menjadi lelah dan perut keroncongan. Pemilihan penginapan juga belum diputuskan karena masih akan bertanya sana sini saat tiba nanti.
Pencarian Penginapan Penuh Beban
Supir yang terlalu ramah terkadang memang tidak asik juga karena pada akhirnya ia meminta lebih pembayaran. Kami turun di sebuah hotel yang supir pilihkan padahal ada banyak penginapan lain menurutku yang lebih menyenangkan. Dari hotel pertama ternyata harga tidak cocok, dilanjutkan ke hotel kedua dengan harga yang juga tidak sesuai. Kami terus berjalan hingga menemukan sebuah penginapan yang lebih murah pada pukul 22.00 wib, tubuh mulai tidak asik diajak kerjasama karena sudah terlalu lelah. Akhirnya diputuskan malam itu mengistirahatkan tubuh di New Asia Heritage Hotel. Saat menaiki tangga bangunan awalnya biasa saja hingga memasuki lobi terasa aura yang menyeramkan seperti dulu aku bermalam di Red Inn Court Penang, kawasan bangunan tua dan sedikit aroma menyengat membuat merinding tentunya.
Kami berusaha untuk tetap tenang bermalam di hotel tersebut karena memang hanya perlu beberapa jam saja untuk beristirahat menunggu esok hari akan berangkat menuju Hat Yai. Ruangan di bangunan hotel tersebut gelap, penjaganya pria keturunan Chinese lokal Penang yang sudah separuh baya, syukurnya sangat membantu dan ramah kepada kami. Dengan ruangan kamar yang memiliki dua buah single bed dan sebuah double bed maka Fajar dan Thawi yang tidur seranjang sedangkan aku dan Nanang bisa memiliki masing-masing 1 buah single bed.
Makan Malam yang Larut Malam
Perjalanan yang cukup panjang mencari penginapan menggelitik perut hingga kelaparan, memilih tempat makan pun masih penuh kerempongan. Waktu bukan lagi masih jam kecil maka tempat makan sudah banyak yang tutup. Berjalan lagi dari penginapan menuju tempat makan mengeluarkan energi maka sepanjang jalan hanya bisa tertawa saja beramai-ramai. Keputusan akhirnya menuju Nasi Kandar Line Clear, awalnya aku pun tidak mau makan disini karena sempat punya pengalaman tidak asik saat pertama kali ke Penang beberapa tahun lalu. Yeah, saat aku makan berdua dengan seorang teman perempuan, kami dikejar-kejar oleh pria Bangla atau yang semacamnya.
Makanan sudah dipesan, aku memilih untuk makan nasi dan sepotong ayam kuah kari saja karena sudah bukan waktu yang tepat untuk mengisi perut. Bermodalkan RM 10 aku sudah bisa makan nasi itu dan secangkir minuman dingin. Thawi dan lainnya sedikit menyesali pemilihan makanan karena porsinya yang seperti kuli tentu tidak akan habis dan sedikit drama dari makanan yang dimakan. Oalah pikirku, travelling rempong ini memang lucu sekali dan menarik untuk dikenang karena biasanya aku lebih memilih liburan sendiri dan mencari teman di kota yang dikunjungi agar lebih bebas dalam menentukan pilihan dalam berbagai hal baik penginapan maupun makanan.
Oh yeah, guys, cerita travelling rempong bagian pertama disudahi dulu sampai malam pertama ketibaan ya. Kawan melalak cantik harus terus tungguin kelanjutan hari-hari berikutnya yang pasti lebih seru dan lebih banyak drama.
Nah, kamu lebih suka liburan sendiri atau beramai-ramai? Tulis pada kolom komentar yah jawaban kamu, kutunggu yah.
Malam Mesra dari Pesawat di Penang Int. Airport |
Drama travelling rempong ini belum selesai karena pemilihan alat transportasi pun belum kelar hingga menemukan taxi dengan kapasitas 5 orang yang mau dengan harga sesuai kesepakatan. Ia bercerita banyak hal malam itu tentang Penang, aku mulai tidak nyaman karena barang bawaan membuat tubuh menjadi lelah dan perut keroncongan. Pemilihan penginapan juga belum diputuskan karena masih akan bertanya sana sini saat tiba nanti.
Pencarian Penginapan Penuh Beban
Supir yang terlalu ramah terkadang memang tidak asik juga karena pada akhirnya ia meminta lebih pembayaran. Kami turun di sebuah hotel yang supir pilihkan padahal ada banyak penginapan lain menurutku yang lebih menyenangkan. Dari hotel pertama ternyata harga tidak cocok, dilanjutkan ke hotel kedua dengan harga yang juga tidak sesuai. Kami terus berjalan hingga menemukan sebuah penginapan yang lebih murah pada pukul 22.00 wib, tubuh mulai tidak asik diajak kerjasama karena sudah terlalu lelah. Akhirnya diputuskan malam itu mengistirahatkan tubuh di New Asia Heritage Hotel. Saat menaiki tangga bangunan awalnya biasa saja hingga memasuki lobi terasa aura yang menyeramkan seperti dulu aku bermalam di Red Inn Court Penang, kawasan bangunan tua dan sedikit aroma menyengat membuat merinding tentunya.
Kami berusaha untuk tetap tenang bermalam di hotel tersebut karena memang hanya perlu beberapa jam saja untuk beristirahat menunggu esok hari akan berangkat menuju Hat Yai. Ruangan di bangunan hotel tersebut gelap, penjaganya pria keturunan Chinese lokal Penang yang sudah separuh baya, syukurnya sangat membantu dan ramah kepada kami. Dengan ruangan kamar yang memiliki dua buah single bed dan sebuah double bed maka Fajar dan Thawi yang tidur seranjang sedangkan aku dan Nanang bisa memiliki masing-masing 1 buah single bed.
View Pagi Hari dari Balcony Hotel |
View Pagi dari Balcony Hotel Sisi Kanan |
Makan Malam yang Larut Malam
Perjalanan yang cukup panjang mencari penginapan menggelitik perut hingga kelaparan, memilih tempat makan pun masih penuh kerempongan. Waktu bukan lagi masih jam kecil maka tempat makan sudah banyak yang tutup. Berjalan lagi dari penginapan menuju tempat makan mengeluarkan energi maka sepanjang jalan hanya bisa tertawa saja beramai-ramai. Keputusan akhirnya menuju Nasi Kandar Line Clear, awalnya aku pun tidak mau makan disini karena sempat punya pengalaman tidak asik saat pertama kali ke Penang beberapa tahun lalu. Yeah, saat aku makan berdua dengan seorang teman perempuan, kami dikejar-kejar oleh pria Bangla atau yang semacamnya.
Makanan sudah dipesan, aku memilih untuk makan nasi dan sepotong ayam kuah kari saja karena sudah bukan waktu yang tepat untuk mengisi perut. Bermodalkan RM 10 aku sudah bisa makan nasi itu dan secangkir minuman dingin. Thawi dan lainnya sedikit menyesali pemilihan makanan karena porsinya yang seperti kuli tentu tidak akan habis dan sedikit drama dari makanan yang dimakan. Oalah pikirku, travelling rempong ini memang lucu sekali dan menarik untuk dikenang karena biasanya aku lebih memilih liburan sendiri dan mencari teman di kota yang dikunjungi agar lebih bebas dalam menentukan pilihan dalam berbagai hal baik penginapan maupun makanan.
Nasi Kandar Line Clear Penang |
Oh yeah, guys, cerita travelling rempong bagian pertama disudahi dulu sampai malam pertama ketibaan ya. Kawan melalak cantik harus terus tungguin kelanjutan hari-hari berikutnya yang pasti lebih seru dan lebih banyak drama.
Nah, kamu lebih suka liburan sendiri atau beramai-ramai? Tulis pada kolom komentar yah jawaban kamu, kutunggu yah.
Blog: http://www.melalakcantik.com/
Instagram: https://www.instagram.com/melalakcantik/
Instagram: https://www.instagram.com/melalakcantik/
Instagram: https://www.instagram.com/ririnwandes/
Twitter: https://twitter.com/Ririnwandes
10 Comments
wow aku seperti mengingat masa2 itu ditunggu cerita selanjutnya
BalasHapusWaktu ke sana, aku kelewatan line clear itu, baru tahu udah di KL dan baca blognya siapaaa gitu. :) Penang ini surga makanan, tapi aku ngerasa belum maksimal kulineran (sayangnya banyak yang non halal). Maulah balik lagi ke Penang buat ngegendutin badan buahahahaha
BalasHapusomnduut.com
jadi pengen jalan jalan
BalasHapustapi makan bermodalkan 10M itu murah atau mahal sih?
mungkin mau kenalan tuh orang bangla :D
Alamak Rin, jadi gimana kelanjutan efek merinding di hotel itu?
BalasHapusAku jadi pengen liburan baca ini huhu
BalasHapusKudoakan kamu selalu murah rezeki untuk melalak sis. Agar aku dapat jastip masker langka disni. Wkwkwk
BalasHapusAku mau solo aja deh, tapi nanti kalo aku udah bisa melawak LG 😃
BalasHapusDitunggu kelanjutannya kak hahaha, seru juga
BalasHapusBacanya aja q bisamembayangkan capeknya gimana, driver minta cancel dan makan yg terlalu larut malam sudah pernah q rasakan..
BalasHapusWahh biasanya single traveling, baca ini kok seru rame" punya cerita tersendiri ya kk, ditunggu part selanjutnya
BalasHapusHai, Kawan Melalak Cantik. Berbagi Cerita Disini,yhaa.